Keputusan Kontroversial Ketua PMII Cabang Kota Mataram Memicu Protes Besar-Besaran

- Jurnalis

Jumat, 29 November 2024 - 15:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KOLOM MATARAM || Ketegangan internal yang melanda Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Mataram semakin memuncak setelah keputusan kontroversial yang dikeluarkan oleh Ketua Cabang PMII, Edi Irawan.

Diketahui, Keputusan tersebut ialah mengesahkan salah satu Ketua Rayon di Komisariat UIN Mataram meskipun calon tersebut kalah dalam Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR), yang merupakan mekanisme resmi dan sah dalam menentukan kepemimpinan di tingkat rayon. Tindakan sepihak Edi Irawan ini disorot tajam oleh berbagai elemen kader PMII, karena dianggap mencederai prinsip-prinsip demokrasi dan merusak marwah organisasi.

Keputusan Edi Irawan yang mengesahkan calon yang kalah ini tidak hanya melanggar Peraturan Organisasi (PO) dan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) PMII, tetapi juga menunjukkan sikap otoriter yang merusak tradisi demokrasi yang telah dibangun dalam tubuh PMII. RTAR, sebagai forum tertinggi di rayon, sudah menjalankan mekanisme yang sah dalam menentukan hasil pemilihan. Namun, dengan keputusan sepihak ini, Edi Irawan dinilai telah meremehkan keputusan forum dan mempermainkan prinsip keadilan dalam organisasi.

Baca Juga :  Program Rehabilitasi Sosial 2024 di Lapas Narkotika Kelas IIA Pamekasan Resmi Ditutup

“Keputusan ini bukan hanya sebuah pelanggaran terhadap aturan, tetapi juga penghinaan terhadap hak demokratis setiap kader. Seorang Ketua Cabang seharusnya menjaga marwah dan martabat organisasi, bukan justru menjadi aktor yang merusaknya,” tegas salah satu kader senior PMII yang menilai tindakan Edi Irawan sebagai langkah mundur bagi integritas organisasi.

Lebih dari itu, protes terhadap keputusan ini semakin meluas. Banyak kader yang menilai bahwa langkah Edi Irawan mencerminkan adanya kepentingan pribadi atau kelompok tertentu yang mengabaikan prinsip keadilan dan transparansi. Bahkan, sejumlah kader menganggapnya sebagai bentuk “kudeta moral” terhadap demokrasi internal PMII.

“Jika pemimpin organisasi sudah mengabaikan aturan dan keputusan forum, lalu untuk apa kita berorganisasi? Apa yang kita perjuangkan jika keadilan sudah dikhianati?,” ujar salah seorang kader dari Komisariat UIN Mataram dengan nada penuh amarah.

Baca Juga :  Wujudkan Hak dan Kebahagiaan WBP, Lapas Narkotika Pamekasan Fasilitasi Prosesi Akad Nikah

Puncaknya, ketidakpuasan ini berpotensi memicu gelombang protes besar-besaran dari seluruh kader PMII, khususnya di Komisariat UIN Mataram. Jika keputusan ini tetap dilaksanakan tanpa adanya penarikan atau klarifikasi, dikhawatirkan akan terjadi demonstrasi besar yang mengguncang stabilitas organisasi.

“Keputusan ini bukan hanya soal satu orang atau satu rayon, ini menyangkut marwah dan martabat organisasi PMII secara keseluruhan. Jika ini dibiarkan, kami akan turun ke jalan untuk memperjuangkan keadilan,” tegas salah satu kader UIN Mataram yang menuntut agar keputusan tersebut dibatalkan.

Protes dan kecaman terus bermunculan, dengan desakan agar Edi Irawan segera mencabut keputusan sepihaknya, meminta maaf secara terbuka, dan memberikan penjelasan kepada seluruh kader. Jika tidak ada tindakan konkret, banyak yang menyerukan agar Edi segera mundur dari jabatannya untuk menyelamatkan marwah dan kehormatan PMII Kota Mataram.

Baca Juga :  PMII Jatim Kritik Imbauan Kemenkop UKM Soal Toko Kelontong Tidak Buka 24 Jam

Dikatakannya, ketegangan ini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan organisasi. Jika ketidakadilan ini dibiarkan, bukan tidak mungkin perpecahan yang lebih besar akan terjadi, merusak struktur organisasi yang selama ini dijaga dengan penuh kepercayaan dan kehormatan.

Semua mata kini tertuju pada Edi Irawan: apakah ia akan bertanggung jawab dan segera memperbaiki keputusan yang telah mencoreng nama baik PMII, atau justru membiarkan organisasi terjerumus dalam kekacauan yang lebih dalam?

Waktu akan menjadi saksi, dan langkah-langkah berikutnya akan menentukan apakah PMII Cabang Kota Mataram akan tetap teguh dalam prinsip demokrasi atau justru terperosok dalam krisis kepemimpinan yang serius.

Berita Terkait

Semangat HBP ke-61, Blok Hunian Warga Binaan Lapas Narkotika Pamekasan Digeledah, Cegah Barang Terlarang Jelang Idul Fitri
Lapas Narkotika Pamekasan Gelar Buka Puasa Bersama Warga Binaan, Pererat Kebersamaan di Bulan Ramadan
Lapas Narkotika Pamekasan Bersama PIPAS Bagikan Ratusan Takjil Gratis untuk Masyarakat
Lapas Narkotika Pamekasan Gagalkan Penyelundupan Narkoba yang Ditemukan dalam Organ Intim Wanita
Berbagi Kebahagiaan saat Ramadan, PLN UP3 Madura Beri Santunan Anak Yatim dan Guru Ngaji
Optimalkan Layanan Kesehatan, Lapas Narkotika Pamekasan Perpanjang Izin Operasional Klinik Pratama
Kalapas Narkotika Pamekasan Kontrol Blok Hunian, Pastikan Warga Binaan Nyaman Beribadah Ramadan
Gelar Ngabuburit dan Buka Puasa Bersama Keluarga Pegawai, Lapas Narkotika Pamekasan Tanam Nilai Spiritual

Berita Terkait

Kamis, 27 Maret 2025 - 14:13 WIB

Semangat HBP ke-61, Blok Hunian Warga Binaan Lapas Narkotika Pamekasan Digeledah, Cegah Barang Terlarang Jelang Idul Fitri

Senin, 24 Maret 2025 - 22:06 WIB

Lapas Narkotika Pamekasan Gelar Buka Puasa Bersama Warga Binaan, Pererat Kebersamaan di Bulan Ramadan

Sabtu, 22 Maret 2025 - 21:21 WIB

Lapas Narkotika Pamekasan Bersama PIPAS Bagikan Ratusan Takjil Gratis untuk Masyarakat

Rabu, 19 Maret 2025 - 23:23 WIB

Berbagi Kebahagiaan saat Ramadan, PLN UP3 Madura Beri Santunan Anak Yatim dan Guru Ngaji

Rabu, 19 Maret 2025 - 11:54 WIB

Optimalkan Layanan Kesehatan, Lapas Narkotika Pamekasan Perpanjang Izin Operasional Klinik Pratama

Berita Terbaru